DPR diminta Film "Soekarno" Dicekal
Film "Soekarno: Indonesia Merdeka" yang telah diputar di bioskop-bioskop kini kembali digugat, Rachmawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno mendesak Komisi III DPR untuk membantu mencegah tangkal (cekal) film tersebut karena konten ceritanya yang tidak sesuai fakta.
Seperti yang dilansir dari Antara pada hari senin di Jakarta, Rachmawati Soekarnoputri mengatakan kepada DPR, "Saya berharap Komisi III bisa mendorong pemerintah agar film ini ditarik dan ditetapkan terlarang untuk diedarkan."
Skenario film tersebut telah melecehkan dan mendiskreditkan sosok Soekarno. "Film ini memakai label Soekarno, tapi intinya membunuh karakter Soekarno," katanya. Rachmawati Soekarnoputri khawatir masyarakat akan salah dalam memahami sejarah setelah menonton film itu.
Beberapa poin penting yang membuat Rachmawati Soekarnoputri keberatan dengan film tersebut adalah:
Leonard Simorangkir sebagai kuasa hukum Rachmawati, mengatakan bahwa sutradara film Hanung Bramantyo dan PT Tripar Multivision telah melanggar hak cipta film yang dibuat oleh pihak Rachmawati tersebut. Rachma sebagai pemilik hak cipta pada film tersebut telah mengundurkan diri dari perjanjian kerja sama produksi film antara PT Tripar Multivision dan Yayasan Pendidikan Soekarno.
Pihak Hanung tetap melanjutkan produksi film tanpa seizin Rachma dan tidak mencantumkan Rachma sebagai pencipta meski kerja samasudah diputus.
Leonard Simorangkir mengatakan penyimpangan lainnya adalah film tersebut malah lebih menonjolkan sisi komersil daripada sisi sejarahnya. Filem tersebut pada mulanya bertujuan sebagai sebagai film sejarah tentang kemerdekaan RI, namun beranjak menjadi menonjolkan komersil dan bisnis.
Sebelumnya, pada 19 Desember 2013 sebagai sutradara Hanung Bramantyo membantah bila film "Soekarno: Indonesia Merdeka" merupakan pencurian ide Rachmawati Sukarnoputri. Dia menegaskan, ide film itu bukan ide perorangan melainkan kelompok.
Film "Soekarno: Indonesia Merdeka" disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan sekenarionya dibuat oleh Ben Sihombing. Hanung menjelaskan bahwa diskusi awalnya dengan Rachmawati memilih cerita "Hari-hari Terakhir Soekarno", dan bukan "Soekarno: Indonesia Merdeka"
Menurut Hanung, pemilihan jalan cerita film yang kini sudah diputar di bioskop itu adalah hasil skenario garapan Ben Sihombing.
Seperti yang dilansir dari Antara pada hari senin di Jakarta, Rachmawati Soekarnoputri mengatakan kepada DPR, "Saya berharap Komisi III bisa mendorong pemerintah agar film ini ditarik dan ditetapkan terlarang untuk diedarkan."
Skenario film tersebut telah melecehkan dan mendiskreditkan sosok Soekarno. "Film ini memakai label Soekarno, tapi intinya membunuh karakter Soekarno," katanya. Rachmawati Soekarnoputri khawatir masyarakat akan salah dalam memahami sejarah setelah menonton film itu.
Beberapa poin penting yang membuat Rachmawati Soekarnoputri keberatan dengan film tersebut adalah:
- Peran Sutan Syahrir lebih ditonjolkan sebagai pahlawan, sedangkan Bung Karno dianggap hanya sebagai "boneka" Jepang.
- Adegan Bung Karno yang mencarikan wanita penghibur untuk tentara Kempetai Jepang.
- Saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang tidak menampilkan peran perjuangan Soekarno dalam mempersiapkan kemerdekaan. "Saat adegan perumusan naskah proklamasi, terkesan Bung Karno hanya sekedar jadi juru tulis bukan tokoh sentral pergerakan kemerdekaan," katanya.
Leonard Simorangkir sebagai kuasa hukum Rachmawati, mengatakan bahwa sutradara film Hanung Bramantyo dan PT Tripar Multivision telah melanggar hak cipta film yang dibuat oleh pihak Rachmawati tersebut. Rachma sebagai pemilik hak cipta pada film tersebut telah mengundurkan diri dari perjanjian kerja sama produksi film antara PT Tripar Multivision dan Yayasan Pendidikan Soekarno.
Pihak Hanung tetap melanjutkan produksi film tanpa seizin Rachma dan tidak mencantumkan Rachma sebagai pencipta meski kerja samasudah diputus.
Leonard Simorangkir mengatakan penyimpangan lainnya adalah film tersebut malah lebih menonjolkan sisi komersil daripada sisi sejarahnya. Filem tersebut pada mulanya bertujuan sebagai sebagai film sejarah tentang kemerdekaan RI, namun beranjak menjadi menonjolkan komersil dan bisnis.
Sebelumnya, pada 19 Desember 2013 sebagai sutradara Hanung Bramantyo membantah bila film "Soekarno: Indonesia Merdeka" merupakan pencurian ide Rachmawati Sukarnoputri. Dia menegaskan, ide film itu bukan ide perorangan melainkan kelompok.
Film "Soekarno: Indonesia Merdeka" disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan sekenarionya dibuat oleh Ben Sihombing. Hanung menjelaskan bahwa diskusi awalnya dengan Rachmawati memilih cerita "Hari-hari Terakhir Soekarno", dan bukan "Soekarno: Indonesia Merdeka"
Menurut Hanung, pemilihan jalan cerita film yang kini sudah diputar di bioskop itu adalah hasil skenario garapan Ben Sihombing.