Selamat Hari Radio Nasional 2015 yang ke-70

Logo RRI
Tepat pada hari ini, 11 September 2015, Indonesia memperingati hari penting lainnya, yakni Hari Radio Nasional. Hari Radio Nasional ini merupakan peringatan yang ke-70.

Tema Hari Radio yang ke-70 ini adalah adalah Transformasi LPP RRI dalam Peningkatan Layanan Siaran di Era konvergensi Media. Sementara di beberapa kota digelar upacara untuk memperingati Hari Radio Nasional ini.


Sejarah

Radio Republik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11 September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan Menteng Dalam Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.

Rapat tersebut juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI. Butir Tri Prasetya yang ketiga merefleksikan komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu aliran/keyakinan partai atau golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat kepada penyiar RRI pada era Reformasi untuk menjadikan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan mandiri serta senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.


RRI

Keberadaan RRI tidak  bisa dipisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena  melalui corong mikrophone RRI, maka  perjuangan para pahlawan dan pendiri bangsa bisa disiarkan ke seluruh tanah air dan luar negeri. Kita mengetahui bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 dibacakan Proklamasi oleh Soekarno-Hatta, dan pukul 19.00 WIB dibacakan kembali oleh Yusuf Ronodipuro, setelah naskah itu dikirimkan oleh Sudarmadji, dari Lembaga Kantor Berita Nasional Antara (saat itu diberi nama Kantor Berita Domei oleh Jepang) atas penugasan Pemimpin Umum ANTARA, Bapak  Adam Malik.

Sudarmaji mengirim naskah proklamasi melalui pintu belakang, karena di pintu depan dijaga serdadu Tentara Jepang, dan kemudian Pak Yusuf Ronodipuro dengan semangat dan berani membacakan dan  menyiarkan kembali pidato Bung Karno secara luas.

Dalam sejarahnya, RRI mi
nimal mengalami empat fase yaitu fase pertama  pada masa  perjuangan RRI sebagai alat perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan;  fase kedua sebagai alat propaganda Bung Karno untuk mempertahankan kemerdekaan yang mengumandangkan semangat dan nasionalisme; kemudian fase ketiga sebagai media pembangunan selama masa Presiden Soeharto.


Referensi: