Peta Deforestasi Hutan Dunia Kini Telah Tersedia di Google
Belum lama ini Google Maps mengumumkan ketersediaan peta hutan dunia dari tahun 2000-2012, termasuk detil jumlah hutan alami yang hilang dalam periode itu akibat kebakaran, tornado, bencana alam lain, dan penebangan liar.
Peta dan data hutan yang dikembangkan Google bersama Dr. Matthew Hansen dari Universitas Maryland itu menemukan bahwa sekitar 1,5 juta km persegi hutan dunia telah hilang dalam periode 2000-2012 baik karena faktor alam maupun disebabkan oleh manusia.
Menurut Google di blog Google Lat Long, luas hutan yang hilang itu setara dengan ukuran negara bagian Alaska.
Khusus untuk di Pulau Sumatera, studi Google itu mencatat lebih dari 50 persen hutan alami telah hilang dalam waktu 30 tahun terakhir.
Dalam peta Google yang diambil via pencitraan Google Earth Engine, ditampilkan secara detil perkembangan hutan di Sumatera dari tahun 2000 hingga 2012.
Detil hasil studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science, High-Resolution Global Maps of 21st-Century Forest Cover Change.
Kunci sukses dari studi itu adalah kolaborasi antara para ilmuwan di Universitas Maryland, yang mengembangkan model-model analisa data satelit Landsat, dan ilmuwan komputer Google yang menggunakan teknologi Google Earth Engine menangkap dan menganalisa lebih dari 650.000 gambar hasil pencitraan Landsat. (sumber: Antara)
Peta dan data hutan yang dikembangkan Google bersama Dr. Matthew Hansen dari Universitas Maryland itu menemukan bahwa sekitar 1,5 juta km persegi hutan dunia telah hilang dalam periode 2000-2012 baik karena faktor alam maupun disebabkan oleh manusia.
Menurut Google di blog Google Lat Long, luas hutan yang hilang itu setara dengan ukuran negara bagian Alaska.
Khusus untuk di Pulau Sumatera, studi Google itu mencatat lebih dari 50 persen hutan alami telah hilang dalam waktu 30 tahun terakhir.
Dalam peta Google yang diambil via pencitraan Google Earth Engine, ditampilkan secara detil perkembangan hutan di Sumatera dari tahun 2000 hingga 2012.
Detil hasil studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science, High-Resolution Global Maps of 21st-Century Forest Cover Change.
Kunci sukses dari studi itu adalah kolaborasi antara para ilmuwan di Universitas Maryland, yang mengembangkan model-model analisa data satelit Landsat, dan ilmuwan komputer Google yang menggunakan teknologi Google Earth Engine menangkap dan menganalisa lebih dari 650.000 gambar hasil pencitraan Landsat. (sumber: Antara)